Thursday 25 October 2007

Alarm dan diriku

Seminggu ini rasanya ga ada kejadian-kejadian menarik. Jadi aku mau bunuh diri saja aku ngepost tentang kejadian masa lampau saja. Mungkin udah ada yang tau atau ikut terlibat dalam ceritanya, I'm sorry for the repetition.

Cerita 1 - September 2005

karena sederet kebetulan, akhirnya aku bisa datang ke Jakarta untuk ikut OSN. Kebetulan lainnya (terutama urutan abjad nama provinsi) menyebabkan aku roommate-an sama dua orang dari Indonesia bagian Timur, saudara berinsial SU dari Waingapu, Nusa Tenggara Timur, dan RS dari Merauke, Papua. Mereka berbicara dengan logat timur yang belum pernah aku dengar sebelumnya, sampai-sampai aku ngira mereka sengaja ngomong dengan logat begitu. Ternyata enggak, memang begitulah cara mereka berbicara.

Nil! Cukup mengomentari logat orang, kaya' logat loe ga aneh aja. Langsung ke cerita utama.

Kami tinggal di hotel yang lumayan besar dan bagus. Suatu hari, SU ingin pergi ke kolam renang untuk pertama kali dalam hidupnya berenang. RS ikut, sedangkan aku lumayan capek dan sebelumnya udah pernah liat kolam renang jadi aku tinggal di kamar saja. mereka pun pergi dan aku tidur-tiduran di kamar.

Beberapa jam kemudian, aku dikejutkan dengan bunyi alarm kebakaran yang amat nyaring. Aku terhenyak (sebenarnya aku ga tau apa arti terhenyak). aku hendak keluar, tapi SU dan RS lebih dulu membuka pintu dan masuk ke kamar.

sebenarnya percakapan dibawah ini terjadi dengan logat dan vocabulary masing-masing yang lebih kental, tapi aku dah lumayan lupa jadi sedikit kunetralkan
SU: "Hamdanil, gawat!"
Aku: "Ada kebakaran ya?"
RS: "Tidak ada. Si SU yang
kasih hidup1 itu alarm."
SU: "Bukan, saya cuma tekan sedikit saja, eh langsung bunyi."
Aku:
*ketawa*
RS: "Jadi bagaimana? kita lapor satpam?"

RS, SU, Aku: *sepakat, dan langsung keluar*
Begitu kami membuka pintu, terlihat di satu koridor para penghuni hotel berhamburan keluar kamar dan terlihat panik semua. Aku berpikir,
waduh kalau begini, bisa dihajar massa kami kalau ngaku!

Aku: "Ga usah lapor deh, gimana kalau kita pura-pura ga tau aja, pura-pura takut gitu"
RS & SU: "Boleh juga."
Ya sudah, kami jalankan ide tersebut. Kami pura-pura takut dan nanya orang-orang apa yang terjadi. Tentu saja ga ada orang yang tau, orang si SU yang mencet. Setelah itu, kami kembali ke kamar dan tertawa terbahak-bahak. Setelah a
ku tanya mereka, ternyata yang terjadi sebelumnya kira-kira seperti ini.

Sepulangnya dari kola
m renang...
RS: "SU, kalau di hotel besar itu ada ini (menunjuk ke alat seperti di gambar),
jadi kalau ada kebakaran, tinggal tekan ini, nanti langsung ada alarm."
SU: "O.. begitu ya, hebat juga (sambil melihat-lihat)"
SU: *memegang kaca pada alat tersebut*
RS: "Oi jangan kau tekan sekarang!"
SU: "Kan katanya break glass, kalau saya tidak kasih pecah1, tidak apa-apa toh?"
SU: *memencet kaca dengan lembut; alarm langsung meraung-raung*
RS: "Apa saya bilang!"
RS, SU: *kabur*
(Nampaknya percakapan diatas sedikit menyimpang, lihat keterangan saksi mata untuk percakapan yang sebenarnya)
Setelah kami tanya peserta-peserta OSN yang lain, rupanya alarm hanya bunyi di koridor kami, bukan di seluruh hotel, jadi berkurang lah rasa bersalah SU yang telah membuat panik orang satu koridor. Tapi setidaknya ada peserta lain yang saking paniknya, langsung mengepak barang-barangnya dan membawa koper turun lewat tangga darurat. Malangnya, karena terlalu panik, terburu-buru dan bawaan lumayan berat, ia terjatuh di tangga darurat dan katanya lumayan sakit. Mungkin itulah satu-satunya korban dalam peristiwa ini.
1 dalam logat timur seperti NTT dan Papua, verb phrase "kasih xxx" artinya xxxkan, misalnya kasih hidup=hidupkan, kasih pecah=pecahkan, dll.

Moral of the story
  • jangan biarkan orang NTT masuk ke dalam hotel, apalagi ditemani orang Papua
  • kalau baru tahu soal suatu alat, jangan langsung dimainkan.
  • jika terjadi kebakaran, selamatkan diri anda lebih dahulu dan jangan pikirkan barang-barang anda.
Cerita 2 - Agustus 2006

Yap, inilah hari-hari pertama aku masuk ke NTU. Dan juga hari-hari pertamaku di Singapura, salah satu kota terbesar di dunia. Suatu hari, then-roommate nginap di tempat abangnya (kalau ga salah) dan aku sendirian di kamar. Di malam harinya, aku pun tertidur dengan lelap.

Tiba-tiba, dalam hening tengah malam, suatu alarm meraung-raung dengan nyaringnya. Tentu saja, aku terbangun dan bertanya-tanya. Tak tau alarm apa yang berbunyi, aku mulai panik. Apalagi ini negeri antah-berantah yang aku baru tinggal disini kurang dari seminggu.Apakah yang terjadi? alarm kebakaran kah? kok aku enggak kebakar? tunggu saja postingan selanjutnya!
*bersambung*

Saturday 20 October 2007

Dimana Rasa Sayange?

Jutaan warga Indonesia bak tersambar petir ketika mendengar Malaysia menggunakan lagu "Rasa Sayange" dalam kampanye turismenya. Bagaimana tidak, lagu ini kan selama ini kita tau sebagai lagu rakyat dari Indonesia, kok bisa-bisanya Malaysia make' untuk promosikan negaranya. Satu negara gempar. Tak tanggung-tanggung, para anggota DPR di Jakarta ikut geram, dan mengusulkan pemerintah menuntut Malaysia atas "pencurian budaya". Forum-forum Indonesia rusuh, nama Malaysia pun sekarang sudah umum dipelesetkan jadi "Malingsia".

Saya bukannya tidak nasionalis, tapi sebenarnya saya heran kenapa kita begitu marah? Seolah olah ini mengancam kedaulatan negara. Lagipula, kata siapa Rasa Sayange itu lagu dari Indonesia? Lho, aku ingat pelajaran SD kan, katanya lagu rakyat dari Maluku? So you are told. Yang ngajar dan bikin kurikulumnya kan orang Indonesia, wajar aja dong kalau bilang ini lagu Indonesia. Mungkin orang Malaysia juga diajari
di sekolahnya, bahwa rasa sayange berasal dari malaysia, mirip seperti kita diajari bahwa lagu ini berasal dari Indonesia.

Sebenarnya, untuk budaya rakyat seperti ini, susah ditemukan bukti conclusive mengenai siapa penulis yang sebenarnya. Para ahli yang netral (bukan dari Indo maupun Malaysia) sekalipun angkat tangan, tidak ada yang tau kapan, dimana, atau oleh siapa lagu ini pertama kali ditulis. Atas dasar apa kita yang pengetahuannya mengenai lagu ini hanya terbatas dari pelajaran TK dan SD, mengkaim lagu ini milik Indonesia?

Memang kedua pihak mengajukan bukti-bukti kepemilikan lagu ini, tapi tidak ada yang conclusive. Misalnya, bukti pada Asian Games 1962 di Jakarta, piringan hitam yang berisi lagu ini dijadikan cinderamata bagi para peserta (Lagu "Rasa Sayange" Terbukti Milik Indonesia, Antara, 3 Okt 2007). Malaysia juga tak kalah, mengajukan saksi hidup berumur 66 tahun dari komunitas Portugis di Malaysia, yang di ajari lagu tsb secara turun-temurun ("Rasa Sayange" A Popular Song Among Melaka Portuguese Community, Bernama, 10 Okt 2007), dan seorang diplomat Barat yang dulu pernah diajari lagu ini dalam kunjungannya ke Malaysia sebagai seorang sukarelawan tahun 1971 (No Brotherly Love, The Economist, 11 Okt 2007). Kesemuanya cuma bukti bahwa lagu tersebut sejak dulu pernah digunakan di kedua negara, bukan merupakan bukti bahwa Rasa Sayange pertama kali diciptakan oleh negara manapun.

Lagi pula, apa sih ruginya kalau Malaysia memakai lagu ini? lagu rakyat kan enggak di-copyright atau dipatenkan. Apa salahnya Indonesia dan Malaysia menunjukkan "Rasa Sayang" secara harfiah, misalnya dengan cara menerima lagu ini milik bersama Negeri Nusantara (Malay world). Kalau begitu kan kedua negara bisa mengambil manfaat dari lagu ini :), tidak ada yang dirugikan.

Selama ini, hubungan Indonesia dan Malaysia sungguh bertentangan dengan judul lagu yang mereka perebutkan. Masih belum hilang dari ingatan kita, saat kedua negara saling mengirimkan kapal perang untuk memperebutkan sebuah blok minyak di wilayah Ambalat. Persengketaan ini bahkan diramaikan oleh ribuan orang Indonesia yang mendaftarkan diri untuk dikirim ke ambalat bermodalkan ilmu bela diri. Atau kasus atlet karate Indonesia yang dihajar oleh wasit Malaysia. Atau TKI-TKI Indonesia yang disiksa majikannya di Malaysia.

Padahal kedua negara punya banyak alasan untuk saling menyayangi. Kesamaan bahasa, agama, dan rumpun mayoritas penduduknya harusnya jadi perekat kedua negara. Belum lagi status kedua negara sebagai "jiran" dan sesama anggota ASEAN. Selain itu juga ada kebutuhan ekonomi kedua negara, dimana Indonesia membutuhkan lapangan kerja dan Malaysia membutuhkan tenaga kerja, dan kesamaan bahasa yang memudahkan penempatanan tenaga kerja.

Selain itu, menurut saya rasa nasionalisme kita (orang-orang Indonesia) sering tidak konsisten.
Kalau rakyat Indonesia begitu patriotik sampai-sampai nekat melawan kapal perang malaysia dengan jurus-jurus silat, alangkah baiknya kalau rasa patriotisme yang sama juga kita tunjukkan dalam membangun negara ini, misalnya dengan taat peraturan, belajar dengan tekun atau bekerja dengan sungguh-sungguh, supaya kualitas hidup di Indonesia bisa lebih baik. Kalau para politisi itu memang segitu "cinta" nya kepada Indonesia, harusnya mereka giat memerangi korupsi sebagaimana "giat"nya mereka mengecam Malaysia, dan indeks korupsi Indonesia tentu tak akan seterpuruk sekarang. Kualitas hidup yang lebih baik, atau diberantasnya korupsi tentu saja jauh lebih dibutuhkan oleh bangsa ini, daripada sekedar melarang Malaysia menyanyikan rasa sayange. Wallahu a'lam.

Terinspirasi dari artikel No Brotherly Love, di The Economist. Tulisan diatas hanya opini saya, dan mohon maaf karena disebabkan keterbatasan penulis, mungkin ada data yang kurang lengkap atau kurang akurat.

Tuesday 16 October 2007

Lebaran di negeri orang

Lebaran kemaren adalah lebaran keduaku di negeri orang. Kalau dipikir-pikir, ada suka dan dukanya. sukanya karena jadi ga perlu pulang ke kampungku yang dingin bisa merayakan lebaran dengan suasana berbeda, dan dengan orang-orang dari negara berbeda. dukanya karena udah dianggap besar, ga ada angpao lagi ga bisa bersilaturrahim dengan keluarga dan teman-teman lama.

Yah, itulah namanya hidup, selalu berubah-ubah.

Sekitar seminggu sebelum ramadhan, suasana lebaran mulai berhembus dari Indonesia. mulai dari ucapan "selamat lebaran, mohon maaf lahir batin ya kak!" dari "adik kelas" (yang sebenarnya seumuran :) ) hingga "jangan lupa reuni tgl 17 oktober 2007, info lihat www.example.com". Duh jangankan tanggal 17 oktober, bisa pulang pas hari H aja bakal merupakan suatu keajaiban -_-.

hari berganti hari, hingga tibalah hari Jum'at, 30 Ramadhan. Besoknya bakalan hari raya, dan kebetulan jadwal hari itu lumayan "santai". 15.30 - 16.30 ada presentasi CPE201, dilanjutkan dengan
un petit quiz francais hingga 18.00. tak lupa 18.30-21.00 ada investiture CE Club, dimana saya sebagai tukang angkat subcomm yang baik diharuskan hadir. Soal yang terakhir ini, Mr. Veeguil yang juga subcomm, et al. mengusulkan agar saya bolos investiture dan malam itu jalan-jalan saja. Saya hampir terbujuk, tapi apa daya Mr. Veeguil bertemu dengan maincommnya dan nyalinya jadi ciut. Daripada jadi satu-satunya orang yang bolos, mending datang aja deh ke investiture.

Ya begitulah, sehabis kuis bahasa perancis saya datang investiture, dan acara makan-makannya saya anggap saja acara makan-makan menyambut lebaran =))

sepulangnya investiture, saya berusaha menimbulkan suasana lebaran dengan mengubah status/nick YM, MSN serta shoutout friendster. tak lupa mencomot gambar ketupat dari internet, di-MSPaint menjadi e-card lebaran yang lumayan bagus. Tak seperti zaman dulu dimana mengirim kartu lebaran harus ditulis satu-satu, melalui pos dan makan waktu yang cukup lama, sekarang cukup dengan sepucuk account friendster, sebutir account yahoo, dan web browser dengan fasilitas tab browsing,
sending lebaran cards is a matter of some clicks.

Sebelum tidur tak lupa kupasang 5-10 alarm dengan interval 2 menit, untuk memastikan bakal bangun besoknya,
lest bakal mengulangi nasib Indra tahun kemaren, lebaran di dalam mimpi.

Alhamdulillah, sepertinya Allah telah menganugrahiku dengan estimation yang tepat, karena besoknya terbukti aku terbangun pada alarm yang terakhir :D . setelah membangunkan roommate, solat subuh, mandi dan memastikan tetangga sudah bangun semua langsung menuju N3 untuk menunggu bus. Sesuai rencana, sholat ied akan dilaksanakan di KBRI yang tersohor Ya, tersohor, bahkan tersohor sampai ke mancanegara, karena tercatat "perwakilan" dari Negeri Gajah Putih dan Negeri Napoleon pun hadir di kedutaan negara kita yang tercinta ini.

idul fitri di KBRI berjalan dengan khidmat (dan
bergizi). berapa jenis makanan dan berapa porsi yang telah saya libas hari itu, hanya Allah yang tahu. Padahal pagi harinya KUNTUM sudah menyebarkan selebaran berisi peringatan "balas dendam" (yang cukup mengerikan karena disertai ancaman berbagai penyakit)

tapi apa boleh buat, sudah terlanjur di KBRI, jarang-jarang ada makanan Indo begini.

Tak segan-segan foto diatas kupamerkan sebagai primary photo di friendster.
hasilnya ajaib: "who's viewed me" melonjak dari x jadi x+70 dalam kurang dari satu hari, padahal viewer profile ku biasanya ga banyak-banyak amat.

Malam harinya, acara makan lainnya pun menyambut. Kali ini adalah NTUMS yang punya acara, tujuannya supaya mahasiswa muslim internasional masih bisa merasakan suasana lebaran dan suasana kekeluargaan walaupun sedang di negeri orang. para mahasiswa membawa makanan khas dari daerah/negaranya masing-masing. Dengan semangat kudatangi ISC yang jadi tempat diadakan acara. Terima kasih pada saudara-saudara muslim semua, acara berlangsung dengan suasana gembira, terutama dengan adanya puding lezat khas pakistan. Lihat sini untuk cerita lengkap

Omong-omong, saya mengucapkan selamat idul fitri, taqabalallahu minna wa minkum (semoga Allah menerima ibadah kita), serta mohon maaf apabila selama ini ada kesalahan. Dan semoga kita menjadi lebih sukses dan lebih baik di masa depan. Amin.
(lihat Eid in Singapore untuk membaca cerita ini dari perspektif yang berbeda)



















BUAHAHAHA bisa ngepost juga saya! ini post pertama saya, mohon maaf kalo membosankan ;) kasi comment ya...

 
© Hamdanil Rasyid. Except where stated otherwise, all rights in the texts of this blog are owned by Hamdanil Rasyid, and
all posted images are licensed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0.